Tesso Nilo
Terkadang untuk menjadi seseorang yang taguh butuh keberanian dan ketegaran
Terkadang untuk menggapai cita-cita butuh mengorbanan dan kerja keras
Tak ada sedikitpun suatu hal yang didapatkan tanpa adanya kerja keras. Tak ada.
Mungkin, pernah berpikir bahwa medapatkan suatu hal
karena kebetulan, karena suatu keberuntungan. Tidak, tidak semudah itu. Kamu
pasti pernah melakukan suatu usaha dan kerja kerasa namun tak sadar. Meskipun hanya
sebuah doa ringan yang dipanjatkan kepadaNya. Tuhan Maha Mendengar dan Mengetahui
segala yang terjadi dalam hidupmu.
Hari ini, kami belajar. Menjadi seseorang yang lebih sabar
dan peka terhadap lingkungan, menjadi seseorang yang mandiri dan mau menerima
kondisi dalam bentuk apapun, menjadi seseorang yang murah hati dan adaptable. Berani, kuat dan memusnahkan
rasa takut walaupun selalu menghantui dalam diri. Perjalanan seorang diri (lagi) menuju Taman Nasional Tesso Nilo. Antara kesempatan atau keberuntungan. Tidak, tapi dua-duanya tentu dengan
kerja keras. Modal bantuan untuk diantar salah satu kakak tingkat menuju
terminal untuk naik superban (travel) menuju kecamatan sebelah (Ukui) walaupun
hannya beda kecamatan, namun sumatera sangat berbeda dengan jawa atau jakarta.
Mereka memiliki jarak kurang lebih 75 km antar kecamatannya. Perjalanan
superban sekitar 1,5 jam. Turun di simpang pulai dan harus menuju desa yang
entah mungkin jika ditelusur dengan drone tidak akan menyangka bahwa lokasi
yang harus melewati beberapa kebun sawit, perkampungan, lalu hutan alam dan
sungai tak bercahaya itu memiliki penghuni yang dapat dihitung oleh jari, cahaya genset di malam harinya.
Tidak hanya orang namun beberapa satwaliar juga ikut
bergembira untuk hidup yag lebih baik. Lakon utamanya si gajah. Makhluk Tuhan
yang besarnya tak ada duanya ini memiliki tingkat kecerdasan dan ingatan yang
cukup tinggi.
Pernahkah kalian ingat atau tahu? Bahwa seekor induk gajah
pernah mendatangi rumah warga yang pernah melukai atau mencelakai dirinya saat
dia masih kecil, sepuluh tahun yang lalu. Kemudian menghancurkan rumah itu
beserta penghuninya. Penghuni yang pernah melukainya.
Pertama kali melihat dan memegang hangat kulit abunya
terdapat rasa takut yang mungkin cukup berlebihan, namun ketika dirasa bahwa
dia ingin menjadi seorang teman maka hilang sudah perasaan tersebut. Melihat berbagai suasana khas dari setiap
lokasi yang sebelumnya pernah dikunjungi, pasti dan akan selalu memiliki aroma
yang berbeda. Kicau burung, bau daun setelah beberapa jam lalu terguyur
air hujan, kondisi masyarakat yang sederhana dan tentunya aungan sang makhluk
purba (gajah) menjadi penyaji dalam tiga hari perjalanan kali ini.
16 04 17 / 22.09 Foodcourt suatu townsite
Comments
Post a Comment