Menuju Senggigi


Tak ada yang spesial di pagi hari. Namun sedikit hal yang mampu menghadirkan senyuman seketika... dan.... -SMS pak Kepala Balai memulai cerita hari ini-
Bersama mobil Manggala Agni kami berjalan (pertama) di Lombok. Free? That’s right. Mamiq dan Inaq kebetulan juga dateng menjenguk Baiq. Akhirnya kami memutuskan untuk pergi joq pante (ke pantai). Suguhan pemandangan yang indah di sepanjang jalan terasa lebih menyenangkan. Baru pemandangan jalan yang alami ini saja hati sudah mulai terhanyut, apalagi melihat langsung objek wisata (Malimbu Beach and Senggigi Beach). Sembari diiringi nyanyian amatir dan canda tawa disetiap detiknya membuat semakin jelas saja perjalanan ini akan dibawa kemana. Yap “ke kebahagiaan dan kegembiraan”

Foto, foto dan foto. Terdapat lokasi (sudut jalan) cukup tinggi yang menyajikan pemandangan hebat, dibawah terdapat pantai Senggigi dan Malimbu dengan barisan horison yang jelas. Remang-remang Gili (pulau) Trawangan, Ayer dan Manuk terlihat cukup memacu keinginan untuk mengunjunginya sebulan yang akan datang. Jalanan yang sepi, tikungan yang tajam, menanjak dengan sisi kanan jalan merupakan bukit (tebing) yang menjulang tinggi. Terasa ingin melompat tinggi dan berlari dengan penuh tawa. Banyak senyuman yang terpancar, dari pihak manapun ini merupakan hari yang menyenangkan. Barisan pantai yang mengiringi langkah membuat tak ada bosan yang mencuat.

Berhenti sejenak di sudut tebing yang sepi, sunyi tak ada orang selain kami. Angin kencang menghembuskan beberapa kain yang melekat ditubuh dan menghamburkan rambut dibeberapa orang. Ini sangat mengagumkan. Mampu memandang segala sudut pantai, bening, tebing, air dan ombak serta tarian dari daun mendayu di antara pepohonan. Pasir yang putih, cukup bersih untuk dilihat dengan mata telanjang. Namun, semakin lama angin membuat lengket dikulit. Angin yang membawa butiran air garam dari pantai seakan memberitahu bahwa kami segera kembali. Langit mulai menghitam lalu...gerimis datang.  

Menuju Senggigi
Pada dasarnya jika ditarik garis pantai antara Senggigi dan Malimbu merupakan pantai yang sama, hanya lokasi Malimbu yang lebih jauh dari hiru pikuk; keramaian wisatawan. Malimbu masih lebih alami dibanding Senggigi. Hal ini karena Senggigi menawarkan berbagai macam objek wisata, dari cano, snorkling, diving, perahu, jalan-jalan, pusat belanja, sedangkan Malimbu is inversely.

Senggigi; bermain ombak, mengejar ombak hingga tepi, mencoba menjadi anak pantai yang dikejar oleh ombak, bermain cano, bertemu pak Lubis, melompat tinggi dari darmaga menuju kehidupan bawah air (memang tak ada dokumentasi; bukan karena sengaja tapi karena kecelakaanit’s okay. Tetapi ini yang membuat menyenangkan dan menghadirkan kenangan. Jika tak ada kecelakaan dalam merekam video (melompat) pasti kami (berempat) hanya melompat sekali. Tapi ini menjadi 2 kali atau 4 kali.

Setelah selasai dengan segala permaian anak pantai. Rasanya sudah cukup berbahagia dengan alam Senggigi. Matahari juga sudah mulai menenggelamkan dirinya. Kami kembali ke kosan. Masak. Makan. Menuju ke kantor (malam-malam?) Ya! Karena ada beberapa kajian yang diganti, so we need internet connection to do something. Kantor adalah jawabanya (wifi kantor kenceng euy). Tidak dengan Baiq, sepertinya dia lelah dan pusing jadi dia istirahat di kosan bersama Mamiq, Inaq dan Pala. Briefing (Belanja segala macam yang dibutuhkan; termasuk kue?) kue dadakan yang akan digunakan untuk hal spesial esok hari. Pukul 22.00 WITA kembali ke kosan dan tidur.

Indah dan Damai
Matur tampiasih
Mataram, 31 Januari 2016

Comments

Popular posts from this blog

Ada, tentu ada!

Kenangan

Anak Panah