Welcome to Mine
Setiap barang yang lahir dan akan menjadi keluarga selalu punya cerita. Bukan sengaja mencerita tapi bermula dengan niat lalu Dia Sang Maha Pencipta yang menskenariokan ceritanya, ngaliiiir~
Beberapa barang yang hadir di
kehidupan (diri saya khususnya) selalu memiliki cerita. Hanya bermodal niat
saat ingin mendapatkannya, lalu bercerita denganNya, lalu ikhlas dan pasrah
maka cerita itu akan tercipta. Banyak cerita dibalik barang
tersebut, barang apa? Apa saja. Apa saja yang hadir dikehidupan (sandang, papan,
printilan kecil, elektronik, barang primer, sekunder, tersier haha). Dari
sekian banyak cerita, ada cerita yang masih hangat dan as a reminder.
Mendapatkan suatu barang dengan
terburu-buru itu malah akan menjadi segalanya tidak baik, itu prinsip. Maka
ketika hati gundah, gulana, risau lebih baik berdiam diri dan membiarkan
segalanya seperti terlepaskan (termasuk dosa). Sering pikiran mengoda dengan “nanti keburu habis, diambil orang”. Tapi
kalau ikhlas dan pasrah, berarti barang tersebut bukan untuk diri ini “nanti akan dapat yang lebih cocok dengan
diri” (lagi) itu prinsip. Karena tidak jarang yang hadir hanyalah nafsu
bukan suatu keberkahan saat buru-buru. Setelah segalanya tenang dan lebih
damai, bolehlah kembali berjuang mendapatkan barang yang diinginkan, dibutuhkan.
Dalam berjuang mulai dengan niat, niatnya apa dan adukan kepadaNya. Lalu pasrah
ketika berikhtiar mendapatkannya. Biarkan Dia yang berkerja menciptakan
skenario, tugas manusia hanya berusaha.
1 maret 2018 lalu, begitu pasrah
(mungkin karena lelah). Setelah berminggu-minggu tidak bertemu dengan barang
yang sesuai dengan kriteria dan menetralkan niat, ternyata menetralkan niat
butuh observasi seberapa butuh dan apakah benar-benar butuh atau hanya nafsu
belaka? Akhir Februari mendapatkan yang
sesuai kriteria namun sedikit dengan paksaan dan (sepertinnya) terbawa emosi,
berujung dengan kekesalan dan lebih baik tidak dilanjutkan karena rawan akan
mudhorat (keburukan, kerugian). Padahal tidak ada yang lebih indah selain
keberkahan, ugh. Mengikhlaskan segalanya dan meluruskan
niat. Dan benar... Ketika lurus maka semua akan mudah. Ditemukan dengan penjual
barang yang sesuai dengan kriteria walaupun sesungguhnya tidak sepenuhnya
sesuai tapi.... mari dilihat dulu. Datang ke alamat yang dituju untuk
mengecek barang yang dijual, ternyata lokasi tersebut adalah tempat fasilitas
umum (dalam bidang pendidikan). Setelah bercerita panjang sambil mengotak-atik
barang yang ingin dibeli. Ternyata sang penjual adalah seorang penjaga dan pem-bersih
tempat tersebut, “...jadi yaa tinggal
disini mbak” bercerita lagi,
ternyata lingkaran kerja tidak jauh “...oh
iya saya kenal, beliau atasan saya” atau “saya sering main ke kantor itu mbak, buat ketemua beliau, beliau kan
pembinanya” komunitas yang diikuti tidak jauh dengan kehutanan dan
lingkungan.
Akan ada skenario dariNya ketika
diri ini menyerahkan kepadaNya. Tidak lama, hati ini memutuskan untuk mengambil
barang tersebut dan setelah bercerita, niat sang penjual juga tidak untuk hal
lain, selain menyambung hidup. Niatkan saja~
Tiba-tiba setelah semua clear “mbak ini ada kaos komunitas, yang satwanya habis tinggal pohon...”
Selain jadi banyak bonus, banyak cerita selama perjalanan yang ternyata sangat
dekat (tak perlu gunakan angkutan umum). Ditemani gerimis sendu dan pemandangan
guratan keras pekerja jalanan.
Lalu tiba-tiba dapat postingan
dari salah satu ulama negeri “Waspadalah
terhadap barang mahal, bagus dan mewah, karena akan memperbudak diri kita,
takut rusak, hilang, minimal diperbudak ingin pamer” di saat hati galau
akan pilihan barang yang sudah terbeli haha
So, not only about visible things
but unvisible for Your Deen. Barakallah.
02032018 08.21. ruang penuh tugas
Comments
Post a Comment