Dunia(ku)


Ada suatu kebahagiaan yang orang lain takkan pernah bisa memahaminya. Dan aku menikmati setiap detiknya.

Perjalanan di suatu ujung desa, pulau, dusun atau apapun itu, dimanapun itu dan kapanpun itu. Berada di daerah terpencil, tak ada akses apapun adalah suatu kenyamanan tersendiri. Keindahan yang selalu dibutuhkan oleh diri ini. Aku selalu tidak bisa menjelaskan bagaimana ini terjadi dan mengapa. Tapi semua benar-benar menangkan dari segala gemerlap kebisingan dunia. Ya, dunia. Dunia ini sudah terlalu tua dan penuh. Penuh dengan segala apapun yang terjadi.

Rasanya, aku ingin memiliki duniaku sendiri. Dunia damai, tentram tanpa ada kebisingan dan kehebohan yang saat ini terjadi. Tidak peduli dengan politik negeri, kenaikan harga, kemiskinan, kekayaan, kemegahan dan kemelaratan yang terjadi di media maupun nyata. Sedang duniaku muncul pada sela-sela kehidupan. Pada beberapa moment yang terpotong-potong karena belum saatnya untuk berdiri kokoh dan establish. Namun setidaknya, aku memilikinya.

Potongan itu, selalu aku butuhkan. Bukan sebuah pelarian, tapi sebuah kebutuhan. Hanya saja orang tak pernah bisa mengerti, karena aku tak bisa menjelaskannya agar mereka mengerti.

Kemudian. Menciptakan dunia itu sendiri secara temporary. Sendiri, agar tidak banyak orang bertanya. Agar tidak banyak menjelaskan. Beberapa yang mengerti secara tersirat, terkadang ikut dan mengajak untuk menciptakan dunia itu bersama. Dunia yang damai, tenang tanpa ada desakan kumpulan ego manusia yang haus akan kerakusan. Dengan keserakahannya.

Duniaku, tenang.  Hanya ada aku, dan mereka yang tak membutuhkan dunia luar. Karena alam mencukupi semuanya.

Entah, sampai kapan duniaku bertahan atau mungkin pertanyaannya entah sampai kapan aku bertahan?

Yang ingin aku sampaikan adalah aku menikmati setiap detik yang hadir. Alam yang indah, masyarakat yang apa adanya. Sederhana dan biasa saja. Menggunakan apa yang dibutuhkan. Tanpa menambahkan pernak pernik agar terlihat cantik dipandang orang. Apa adanya.

Bukan untuk citra tapi memang suatu kebutuhan. Pikiran dan hati ini rasanya tidak akan kuat jika bertahan lama berada di dunia luar. Atau mungkin jika dipaksakan tidak lama akan menemui ajal. Hanya Dia Yang Maha Tahu. Dia Sang Maha Pencipta dan. Aku butuh duniaku. Aku butuh untuk bertahan hidup.

-bumi-



200618. 10.15
Welcome back to Rutinity

Comments

Popular posts from this blog

Ada, tentu ada!

Kenangan

Anak Panah