Di Monas


Seperti ada sebuah hal yang rasanya ingin diledakan, mengumpul ditenggorokan dan kepala. Tapi tak bisa diluapkan kepada siapapun. 

Hanya bisa diam dan tiba-tiba mungkin air mata jatuh. Mungkin itu salah satu hal yang ingin Tuhan berikan kepada hambaNya, agar tidak terbawa emosi. 

Kemudian hanya bisa bercerita kepada Sang Maha Bijaksana. Seketika rasa itu memuncak dan tak bisa berkata apa-apa, ditambah suasana dan tiupan angin yang mengisi.

Duduk di atas rumput pendek depan monumen nasional di sore hari dan saat weekdays ternyata cukup menenangkan, ditengah hiruk pikuk bising ibu kota yang cukup melelahkan pikiran, tenyata bisa membuat luapan timbunan kekesalan di hati seketika meledak. Legaaaaa
Ini wisata mainstream yang cukup melegakan pikiran, asal pergi di timing yang tepat.

Beberapa kali, mencoba meluapkan segala amarah dan kegundahan yang ada kepada orang sekeliling, teman, saudara atau siapapun malah membuat hati tidak nyaman, lalu hanya bisa pasrah dan pada akhirnya satu-satunya tempat mengadu hanya Dia, Dia Sang Pemilik Jiwa ini. 

4.50 PM 
16052018
Besok Puasa, Malam ini tarawih
Monumen Nasional di weekdays

Comments

Popular posts from this blog

Ada, tentu ada!

Kenangan

Anak Panah