Teman


Akhir-akhir ini, pikiran rasanya muter kemana-mana. Lelah, resah dan gundah layaknya menjadi satu. Entah apa yang mengganjal tapi mulai mencerna dan memahami sesuatu yang membuat tubuh ini lelah selelah-lelahnya, padahal ngga ngapa-ngapain...
Otak ini seperti berputar-putar dan membuat percakapan sendiri. Diri ini dengan diri ini. Bercakap panjang sampai rasanya gila sendiri. Lalu, tiba-tiba teringat kata dari seseorang (sekitar setahun lalu) yang menyatakan bahwa "sepertinya kalau dilihat-lihat dirimu ini tidak punya teman..." seketika merasa cukup menohok. Entah apa yang dia pikirkan hingga mengatakan demikian. Bukan kalimatnya adalah sebuah realita, fakta atau opini semata. Tapi, sejauh itukah dia mengamati diriku? hingga menyimpulkan bahwa diri ini tak memiliki kawan. Terlebih, dia mengatakan bukan dari permintaanku, bukan pula saat sesi curhat dan dimintai pendapat, bukan juga ketika bercanda. Dia mengatakannya disaat hati ini sedang bahagia melihat pertunjukan seni dan entah apa yang dia pikirkan (skali lagi), pembicaraan itu dimulai hingga akhirnya dia mengeluarkan kalimat tersebut. Seketika merasa awkward, speechless dan what's you mean?! dengan sedikit emosi dan air mata rasanya ingin terjatuh. Tapi diri ini hanya bisa terdiam, mencerna pelahan, menenangkan diri dan meredamnya. Baiklaah, mungkin itu perspektif orang lain terhadap diri ini. Tak mengapa, it's okey. Sesekali masih memberontak dengan "tau apa dia terhadapku, tau apa dia dengan kawan-kawanku, tau apa dia aku berteman dengan siapa, apakah aku harus memamerkan pertemananku, atau haruskan aku berkawan dengannya?" banyak pertanyaan.

Kejadian itu, berlalu begitu saja. Membiarkannya mengendap dalam diri dan termakan waktu. Tapi ternyata waktu tak memakannya hingga ingatan dalam otak lupa. Waktu berlalu tanpa membawa memori itu. Masih ada hingga kini. 

Ketika ditarik garis, sepertinya ada kaitannya antara kejadian tersebut dengan keresahan dan kelelahanku akhir-akhir ini. Segala sesuatu seperti dipikirkan sendiri, otak ini bekerja dengan berbagai cabang dan bidang. Bukan keinginan, tapi secara sendirinya, berkutat dengan perdebatan diri sendiri. Percakapan dalam otak. Bahkan hingga terbawa saat ibadah (ini sangat buruk). Jadi, hal-hal yang harus diselesaikan dan dibuatkan solusinya seperti berputar-putar diotak, lalu mencoba mencari solusinya, mencari satu demi satu bagian mana yang harus diambil untuk disusun menjadi sebuah solusi, tak jarang muncul perdebatan antar diri. Hingga akhirnya, pusing dan seperti orang innocent (bego), banyak pikiran. 

Nah, harusnyaa.... Jangan dipikir sendiri. Sharing-in ke temen, minta pendapatlah ke temen. Ceritalah ketemen. Exactly! Itu udah dari lama yang dibutuhkan. Tapi...

Tapi ngga semudah itu. 
Diri ini bukan tipe yang bisa men-sharing-kan segala hal ke orang lain tanpa tahu bagaimana karakter dia, bahkan kepada orang dekat yang sudah tau-banget karakternya tidak semudah nge-chat by whatsapp. Bukan karena tidak mau. Tapi, "kepercayaan dan kepedulian itu mahal cui

Beberapa kali mencoba men-sharing-kan keresahan tersebut pada orang-yang-dirasa tepat, tapi yang diperoleh hanya formalitas akan sebuah tanggapan dari sesi sharing atau curhat. 
Dann, pada akhirnya mulai malas untuk men-sharing-kan sesuatu apapun itu kepada manusia. Lalu, seperti diingatkan bahwa Satu Yang Hanya Bisa adalah Dia Tuhan Semesta Alam, curhat kepadaNya yang tidak pernah PHP haha. Yakinlah~

Kepeduliannya terkadang termakan oleh ego masing-masing dan kepercayaannya terkadang harus dipertanyakan. Ini hanya dari sisi dan pengalaman, tidak menutup kemungkinan lainnya, dan yang perlu digaris bawahi adalah..
But, this's not for all people. Masih-sangat-banyak manusia yang memiliki rasa kepedulian dan kepecayaan yang amanah di luar sana. So, don't judge people. 
Ini hanya menurutku saja~

Oleh karena itu, kalimat "sepertinya kalau dilihat-lihat dirimu ini tidak punya teman..." ada benarnya juga. Atas dasar "kepercayaan dan kepedulian" diri ini terhadap orang lain. Walaupun demikian, sharing masih kulakukan, namun hanya kepada beberapa manusia yang selama ini ternilai (olehku) masih memiliki "kepercayaan dan kepedulian" yang amanah. Dan, itu ngga banyak. Hanya orang itu-itu-itu-lagi-yang-kupercayai. 

JADI, wajar jika kuterlihat olehnya tak memiliki "teman (berbagi)". 
TAPI Untuk hal "teman main", rasanya diri ini berani bilang kepadanya "sepertinya kalau dilihat-lihat dirimu ini tidak punya teman..."

Terima kasih, kujadi berpikir keras
Curhatkan dan Bagi saja sgala keresahan kepadaNya, maka takkan pernah dikecewakan. 
21.19 14052018
Ruangan segi4, kota adaptasi 

Comments

Popular posts from this blog

Ada, tentu ada!

Kenangan

Anak Panah